BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Strategi pengajaran adalah
keseluruhan metode dan prosedur yang menitik beratkan pada kegiatan siswa dalam
proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam konteks strategi
pengajaran tersusun hambatan-hambatan yang dihadapi, tujuan yang hendak
dicapai, materi yang hendak dipelajari, pengalaman-pengalaman belajar, dan
prosedur evaluasi. Peran guru lebih bersifat fasilitator dan pembimbing. Dengan
strategi pengajaran diharapkan semua potensi siswa dapat berkembang sesuai
dengan latar belakang usia dan latar belakang lainnya dari masing-masing
individu siswa. Jadi sistem belajar lebih terbuka.[1]
Strategi pembelajaran inkuiri banyak dipengaruhi oleh
aliran belajar kognitif. Menurut aliran ini, belajar pada hakikatnya adalah
proses mental dan proses berpikir dengan memanfaatkan segala potensi yang
dimiliki setiap individu secara optimal. Belajar lebih dari sekadar proses
menghafal dan menumpuk ilmu pengetahuan, tetapi membuat pengetahuan yang
diperoleh bermakna untuk siswa melalui keterampilan berpikir.[2]
B. Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian pembelajaran
Inquiry ?
2.
Apa tujuan pembelajaran
Inquiry ?
3.
Bagaimana aplikasi
pembelajaran Inquiry pada kegiatan pembelajaran PAI ?
4.
Apa saja langkah-langkah
pembelajaran Inquiry ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pembelajaran
Inquiry
Pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa,
bukan dibuat untuk siswa.[3] Pembelajaran terkait
dengan bagaimana (how to) membelajarkan siswa atau bagaimana membuat siswa
dapat belajar dengan mudah dan terdorong oleh kemauannya sendiri untuk
mempelajari apa (what to) yang teraktualisasikan dalam kurikulum sebagai
kebutuhan (needs) peserta didik.[4]
Menurut Slamento metode Inquiry adalah cara
penyampaian bahan pengajaran dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk
belajar mengembangkan potensi intelektualnya dalam jalinan kegiatan yang
disusunnya sendiri untuk menemukan sesuatu sebagai jawaban yang meyakinkan
terhadap permasalahan yang dihadapkan kepadanya melalui proses pelacakan data dan
informasi serta pemikiran yang logis, kritis dan sistematis. [5]
Sedangkan menurut Roestiyah metode Inquiry merupakan: Suatu teknik atau cara yang digunakan guru untuk
mengajar di depan kelas. Adapun pelaksanaannya sebagai berikut: guru membagi
tugas meneliti suatu masalah ke kelas, siswa dibagi menjadi kelompok, dan
masing-masing kelompok mendapat tugas tertentu yang harus dikerjakan.[6]
Sedangkan
menurut Joyce and Weil prinsip dan norma yang dikandung dalam metode Inquiry
adalah kerja sama, kebebasan intelektual, dan kesamaan derajat. Selanjutnya
menyatakan bahwa selama proses Inquiry siswa saling berinteraksi dengan
lain dan juga dengan gurunya.[7]
Ada beberapa hal yang
menjadi ciri utama Inquiri learning, menurut Sanjaya, yaitu:
1. Inquiri menekankan
kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan.
2. Seluruh aktivitas yang
dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari
sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya
diri.
3. Tujuan dari
penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan
intelektual sebagai bagian dari proses mental, akibatnya dalam pembelajaran
inkuiri siswa tidak hanya dituntut agar menguasai pelajaran, akan tetapi
bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya.
Inquiri learning
merupakan bentuk pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada siswa (student
centered approach). Dikatakan demikian sebab dalam strategi ini siswa dapat
memegang peran yang sangat dominan dalam proses pembelajaran.[8]
Strategi Pembelajaran inkuiri adalah
rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara
kritis dan anilitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu
masalah.[9]
B. Tujuan Pembelajaran
Inquiry
Inkuiri merupakan suatu rangkaian kegiatan
pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik
untuk mencari dan menyelidiki secara
sistematis, kritis, dan logis sehingga mereka dapat menemukan sendiri
pengetahuan, sikap dan keterampilan sebagai wujud adanya perubahan prilaku.[10] Menurut Hamzah pembelajaran inquiry bertujuan untuk melatih kemampuan siswa
dalam meneliti, menjelaskan fenomena, dan memecahkan masalah secara ilmiah.
Karena secara intuitif setiap individu cenderung malakukan kegiatan ilmiah
(mencari tahu dan memecahkan masalah). Kemampuan tersebut akan dilatih sehingga
setiap individu kelak dapat melakukan kegiatan ilmiahnya secara sadar (tidak
intuitif lagi) dan dengan prosedur yang benar.[11]
Tujuaan inquiri learning adalah mengembangkan
kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan
kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Berdasarkan pelaksanaan metode Inquiry yaitu
dengan pembagian kelompok yang mana pada setiap kelompok mendapat tugas
masing-masing yang kemudian didiskusikan dan membuat kesimpulan yang berupa
laporan. Pelaksanaan tersebut tentulah memiliki tujuan tertentu, yaitu bertujuan:
Agar siswa terangsang oleh tugas, dan aktif mencari serta meneliti sendiri
pemecahan masalah itu. Mencari sumber sendiri, dan mereka belajar bersama dalam kelompok. Diharapkan juga siswa
mampu mengemukakan pendapatnya.[12]
Dan Menurut Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya diskusi
dalam pengajaran Inquiry diharapkan terjadi interaksi dan peran guru
yaitu sebagai berikut:
Interaksi antara siswa, guru, dan terutama juga
diharapkan terjadinya interaksi antara siswa-siswa secara optimal. Pada
diskusi, guru dapat mengarahkan kegiatan-kegiatan mental siswa sesuai dengan
yang telah direncanakan. Siswa lebih banyak terlibat sehingga tidak hanya
mendengarkan informasi atau ceramah dari guru saja, melainkan mendapat
kesempatan untuk berfikir. Agar mereka dapat merumuskan jawaban-jawaban dari
masalah-masalah yang disajikan dalam diskusi,mereka harus aktif berpikir.[13]
C. Aplikasi Pembelajaran Inquiry
Pada Kegiatan Pembelajaran PAI
Awalnya pembelajaran
ini digunakan untuk mengajarkan ilmu pengetahuan alam, namun selanjutnya dapat
digunakan untuk semua mata pelajaran. Semua topik mata pelajaran dapat
digunakan sebagai suatu situasi masalah yang dapat dilontarkan oleh guru untuk
melatih siswa cara berfikir ilmiah. Kunci utamanya terletak pada upaya memformulasikan
suatu masalah yang menarik, misterius, dan menantang bagi siswa agar mampu
berfikir ilmiah, seperti :
1. Keterampilan melakukan
pengamatan, pengumpulan, dan pengorganisasian data termasuk merumuskan dan
menguji hipotesis serta menjelaskan fenomena,
2. Kemandirian belajar,
3. Keterampilan
mengekspresikan secara verbal,
4. Kemampuan berpikir
logis,
Menurut Oemar Hamalik
pelaksanaan Inquiry kelompok di dalam kelas dilaksanakan oleh
kelompok-kelompok yang terdiri dari enam kelompok, masing-masing terdiri dari
lima orang siswa, dan tiap anggota melakukan peran tertentu, yakni sebagai
berikut:
a. Pemimpin kelompok,
bertanggung jawab memulai diskusi, menyiapkan kelompok untuk mengerjakan tugas
dan melengkapi tugas-tugas, menyampaikan informasi kepada kelas atau kepada
kelompok lainnya.
b. Pencatat (recorder), membuat dan memelihara
catatan, dan materi catatan kelompok baik yang dibuat pada waktu berdiskusi
maupun membagikannya kepada anggota kelompok.
c. Pemantau diskusi (discussion
monitor, beupaya memastikan bahwa diskusi berlangsung lancar dan semua pendapat
disampaikan dan dibahas dalam diskusi.
d. Pendorong (prompter), mendorong tiap anggota
agar memberi konstribusi dan mencoba menggambarkan penjelasan yang lebih rinci
dari para anggota kelompok.
e. Pembuat rangkuman (summarizer),
selama berlangsungnya diskusi dan pada waktu menarik kesimpulan pada setiap
pertemuan inquiri, merangkum butir-butir pokok yang muncul.
f. Pengacara (advocate),
bertugas melakukan dan memberikan pendapat bandingan terhadap argumen yang
disampaikan dalam diskusi terhadap pendapat yang diajukan oleh kelompok
lainnya.
Dengan adanya enam
kelompok yang memiliki tugas masing-masing tersebut diharapkan mampu
mengefektifkan kelompok dan melatih siswa untuk bertanggungjawab dengan tugas
kelompok masing-masing sehingga pelaksanaan diskusi berjalan dengan lancar. [15]
Siswa benar-benar
ditempatkan sebagai subjek yang belajar. Peranan guru dalam pembelajaran PAI
dengan metode inquiry adalah sebagai pembimbing dan fasilitator. Tugas guru
adalah memilih masalah yang perlu disampaikan kepada siswa untuk dipecahkan.
Namun dimungkinkan juga bahwa masalah yang akan dipecahkan dipilih oleh siswa.
Tugas guru selanjutnya adalah menyediakan sumber belajar bagi siswa dalam
rangka memecahkan masalah. Bimbingan dan pengawasan guru masih diperlukan,
tetapi intervensi terhadap kegiatan siswa dalam pemecahan masalah harus
dikurangi.[16]
D. Langkah-Langkah
Pembelajaran Inquiry
Dalam penerapan
metode Inquiry tidak lepas dari langkah-langkah yang harus ditempuh oleh
guru, sehingga dalam pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan tujuan. Secara umum
menurut Wina Sanjaya, proses pembelajaran dengan menggunakan strategi
pembelajaran Inquiry dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:[17]
1. Orientasi
Pada tahap ini
guru melakukan langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang
kondusif. Hal yang dilakukan dalam tahap orientasi ini adalah:
a. Menjelaskan
topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa
b. Menjelaskan
pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan.
Pada tahap ini dijelaskan langkah-langkah inkuiri serta tujuan setiap langkah,
mulai dari langkah merumuskan merumuskan masalah sampai dengan merumuskan
kesimpulan
c. Menjelaskan
pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam rangka memberikan
motivasi belajar siswa.
2. Merumuskan
masalah
Merumuskan
masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung
teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk
memecahkan teka-teki itu. Teka-teki dalam rumusan masalah tentu ada jawabannya,
dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban
itulah yang sangat penting dalam pembelajaran inkuiri, oleh karena itu melalui
proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai
upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir.
3. Mengajukan
hipotesis
Hipotesis
adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji. Sebagai jawaban
sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu cara yang dapat
dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap
anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa
untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai
perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji.
4. Mengumpulkan
data
Mengumpulkan data adalah aktifitas
menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan.
Dalam pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat
penting dalam pengembangan intelektual. Proses pemgumpulan data bukan hanya
memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan
ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya.
5. Menguji
Hipotesis
Menguji
hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data
atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis
juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran
jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus
didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.
6. Merumuskan
kesimpulan
Merumuskan
kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan
hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru
mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.
Menurut Ismail Sukardi Secara
umum inquiry –discovery learning dapat dipahami sebagai belajar mencari dan
menemukan masalah. Dalam pendekatan ini guru menyajikan bahan pelajaran tidak
dalam bentuk yang final, tetapi anak didik diberi peluang untuk mencari dan
menemukan sendiri dengan mempergunakan teknik pendekatan pemecah masalah.
Prosedur/langkah-langkah yang
ditempuh dalam pendekatan ini adalah sebagai berikut:
1. Simulation.
Dalam kegiatan ini guru mulai
bertanya dengan mengajukan persoalan, atau menyuruh anak didik membaca atau
mendengarkan uraian yang memuat permasalahan.
2. Problem statement.
Siswa diberi kesempatan
mengidentifikasi berbagai per masalahan dan memilih masalah yang dianggap
paling menarik dan fleksibel untuk dipecahkan. Selanjutnya permasalahan yang
dipilih itu dirumuskan dalam bentuk pertanyaan hipotesis, yakni pernyataan
(statement) sebagai jawab sementara atas pertanyaan yang diajukan.
3. Data collection.
Dalam rangka menjawab
pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis ini, siswa selanjutnya
diberikan kesempatan untuk mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang
relevan dengan cara membaca literature, mengamati objek, wawancara dengan
narasumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya.
4. Data Processing.
Hasil bacaan, hasil wawancara dan
observasi, informasi ,dan sebagainya semuanya diolah, diklasifikasikan,
ditabulasi bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan
pada tingkat kepercayaan tertentu.
5. Verification
atau pembuktian.
Dari pengolahan dan tafsiran
terhadap informasi yang ada, pernyataan hipotesis yang telah dirumuskan
terdahulu itu kemudian dicek apakah terjawab/ terbukti atau tidak.
6. Generalization.
E. Desain Pembelajaran
Berbasis Inquiry Pada Mata Pelajaran PAI di SD
Desain adalah sebuah istilah yang
diambil dari kata design (Bahasa Inggris) yang berarti perencanaan
atau rancangan. Ada pula yang mengartikan dengan “persiapan”.Di dalam ilmu
manajemen pendidikan atau ilmu administrasi pendidikan, perencanaan disebut
dengan istilah planning yaitu “persiapan menyusun suatu keputusan berupa
langkah-langkah penyelesaian suatu masalah atau pelaksanaan suatu pekerjaan
yang terarah pada pencapaian tujuan tertentu”.[19] Dalam Kamus
Bahasa Indonesia Desain artinya kerangka bentuk, rancangan dan motiv.[20]
Perencanaan atau perancangan (desain), yakni suatu
cara yang memuaskan untuk membuat suatu kegiatan dapat berjalan dengan baik,
disertai dengan berbagai langkah antisipatif guna memperkecil kesenjangan yang
terjadi sehingga kegiatan tersebut mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam
hal ini, istilah pembelajaran memiliki hakikat perencanaan atau perancangan
(desain) sebagai upaya untuk membelajarkan siswa. Itulah sebabnya dalam belajar
siswa tidak hanya berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber belajar,
tetapi berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang mungkin dicapai
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Oleh karena itu
pembelajaran menaruh perhatian pada bagaimana membelajarkan siswa,dan
bukan pada apa yang dipelajari siswa.[21]
Desain pembelajaran pada dasarnya
merupakan pengelolaan dan pengembangan yang dilakukan terhadap
komponen-komponen pembelajaran. Karena itu, Rusman berpendapat bahwa seorang
guru sebelum melakukan kegiatan pembelajaran terlebih dahulu membuat desain
atau perencanaan pembelajaran. Dalam mengembangkan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) seorang guru harus menggunakan model desain yang dianggap
cocok untuk dikembangkan.[22] Dalam kaitan ini, hal-hal yang tidak
bisa dilupakan untuk mencapai tujuan tersebut adalah tentang bagaimana cara
mengorganisasi pembelajaran, bagaimana menyampaikan isi pembelajaran, dan
bagaimana menata interaksi antara sumber-sumber belajar yang ada agar dapat
berfungsi secara optimal.[23]
Pembelajaran pendidikan agama Islam
adalah suatu proses yang bertujuan untuk membantu siswa dalam belajar agama
Islam. Tujuan dari desain pembelajaran pendidikan agama Islam adalah untuk
mengaktifkan dan mendukung pembelajaran siswa secara individu.Tujuan ini
merupakan karakteristik dimana pun pembelajaran pendidikan agama Islam itu
terjadi atau berlangsung, pembelajaran pendidikan agama Islam akan lebih
membantu siswa dalam memaksimalkan kecerdasan yang ia miliki, menikmati
kehidupan serta kemampuan untuk berinteraksi secara fisik dan sosial terhadap
lingkungan.[24]
Desain pembelajaran sangat berpangaruh
terhadap pembentukan karakter peserta didik, guru agama Islam memiliki tugas
dan tanggungjawab yang berat dalam merancang pelaksanaan pembelajaran sehingga
pembelajaran agama Islam bisa berjalan dengan aktif dan efesien. Sebagai
seorang guru harus berhati-hati dalam merancang sebuah pembelajaran, oleh sebab
itu pentingnya desain pembelajaran sehingga guru pendidikan agama Islam mampu
menyusun dan menentukan strategi, metode dan menentukan evaluasi yang tepat.[25]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Strategi Pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang
menekankan pada proses berpikir secara kritis dan anilitis untuk mencari dan
menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah. Tujuaan inquiri learning adalah mengembangkan
kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan
kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental.
Awalnya pembelajaran ini digunakan untuk mengajarkan
ilmu pengetahuan alam, namun selanjutnya dapat digunakan untuk semua mata
pelajaran termasuk Pendidikan Agama Islam (PAI). Semua topik mata pelajaran
dapat digunakan sebagai suatu situasi masalah yang dapat dilontarkan oleh guru
untuk melatih siswa cara berfikir ilmiah.
Secara umum
menurut Wina Sanjaya, proses pembelajaran dengan menggunakan strategi
pembelajaran Inquiry dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
a. Orientasi
b. Merumuskan
masalah
c. Mengajukan
hipotesis
d. Mengumpulkan
data
e. Menguji
Hipotesis
f. Merumuskan
kesimpulan
Dalam mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP) seorang guru harus menggunakan model desain yang dianggap cocok untuk
dikembangkan. Desain pembelajaran sangat berpangaruh terhadap pembentukan
karakter peserta didik. Oleh karena itu, guru harus berhati-hati dalam
merancang sebuah pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetyo. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.2005
Ahmad
Rohani. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta. 2004
Hamruni. Strategi
Pembelajaran. Yogyakarta:
Insan Madani.2012
Hamzah
B.Uno.Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif
dan Efektif. Jakarta: PT Bumi Aksara.2008
Isjoni. Cooperative
Learning; Efektifitas Pembelajaran Kelompok. cet.ke-II. Bandung: Alfabeta.2009
Ismail Sukardi, Model-Model
Pembelajaran Modern, 2013,Palembang: Tunas Gemilang Press, Hal 34-35
Muhaimin,et.all.Paradigma
Pendidikan Islam; Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah. cet.ke-III.Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.2004
Mukhtar. Desain Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam.Jakarta: MisakaGaliza. 2003.
Oemar
Hamalik.Proses Belajar Mengajar.Jakarta:PT.Bumi Aksara.2010
Rusman. Model-Model
Pembelajaran Pengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: RajawaliPers.
2010
Roestiyah.Strategi
Belajar Mengajar.Jakarta: Rineka Cipta.1991
Slamento.
Proses Balajar Mengajar Dalam Kredit Semester SKS. Jakarta: Bumi Aksara. 1993
Wina Sanjaya. Strategi Pembelajaran Berorientasi
Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.2008
Zubaedi. Desain Pendidikan
Karakter Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan. Jakarta:
Kencana. 2012
[1]Oemar
Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Bumi Aksara,2001), hal. 201
[3]Isjoni, Cooperative Learning; Efektifitas
Pembelajaran Kelompok, cet. ke-II,
(Bandung: Alfabeta,2009), hal.11
[5]Slamento, Proses Balajar Mengajar Dalam Kredit Semester SKS, (Jakarta: Bumi Aksara,1993),
hlm. 116
[8]Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi
Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2006) hal.194-196
[9]Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem
Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2008), hal189-194.
[11]Hamzah
B.Uno, Model Pembelajaran:
Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif, (Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2008), hal. 14-15
[13]Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetyo, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka
Setia,2005), hal.46
[14]Hamzah
B.Uno,Op.Cit, hal.16
[17]Wina Sanjaya.Op.Cit, hal.202
[18]Ismail
Sukardi, Model-Model Pembelajaran Modern, (Palembang: Tunas Gemilang Press, 2013),Hal 34-35
[19]Ahmad Rohani, Pengelolaan
Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hal. 67
[21]I
Nyoman Sudana Degeng, Buku Pegangan Teknologi Pendidikan,Pusat
Antaruniversitas Untuk Peningkatan dan Pengembangan Aktivitas Intruksional
Universitas Terbuka, (Depdikbud RI, Dirjen Dikti: Jakarta, 1993), hal.2
[22]Rusman, Model-Model
Pembelajaran Pengembangkan Profesionalisme Guru, (Cet. I; Jakarta:
RajawaliPers, 2010), hal. 147.
[23]Hamzah
B.Uno,Op.Cit, hal.83-84.
[24]Mukhtar, DesainPembelajaranPendidikan
Agama Islam, (Cet. I ; Jakarta: MisakaGaliza, 2003), hal. 13.
[25]Zubaedi, Desain Pendidikan
Karakter Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan, (Cet. II; Jakarta: Kencana, 2012), hal.
7.
kok gak bisa di copy mbk
BalasHapus