Rabu, 01 Juni 2016

Resensi Buku Jejak Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam

Info Buku: Jejak Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam (Cet.I,Des.2011)


Judul         :
Jejak pemikiran tokoh pendidikan Islam: Ibnu Sina, Al-Ghazali, Ibn Khaldun, Muhammad Abduh, Muhammad Iqbal, Hassan al-Banna, Syed Muhammad Naquib al-Attas, K.H. Ahmad Dahlan, K.H. Hasyim Asy'ari, Hamka, Basiuni Imran, Hasan Langgulung, Azyumardi Azra
Pengarang :
Penerbit     :  
Ar-Ruzz Media, 2011
ISBN         :
9792548807, 9789792548808
Tebal         :
316 halaman

 

Resensi Buku : Jejak Pemikiran Pendidikan Islam 

Penelusuran kembali pemikiran pendidikan di kalangan umat Islam memang amat diperlukan. Karena hal ini setidaknya mengingatkan kembali khazanah intelektual yang pernah dimiliki oleh umat Islam di masa lalu.

PASANG surut perjalanan pemikiran kependidikan Islam, tidak akan pernah lepas dari interaksi akumulasi dengan peradaban-peradaban di sekitar perkembangan Islam waktu itu. Dimana perkembangan pemikiran kependidikan lebih dijiwai oleh semangat normatif dan historis. Dikatakan semangat normatif karena perkembangan pemikiran kependidikan dijiwai oleh ajaran dasar yang sumbernya Al-Qur‘an dan hadits. Sedangkan semangat historis adalah merupakan ujud respon terhadap berbagai persoalan hidup umat Islam di berbagai bidang kehidupan.
Sesuai dengan catatan sejarah, bahwa perkembangan pemikiran kependidikan Islam diawali pada saat Dinasti Abbasiyah yang mengalami renaissance, sehingga berakibat pemikiran kependidikan Islam nampak mengalami titik kulminasi. Sedang titik baliknya terjadi pada masa-masa dimana pemikiran-pemikiran para ilmuan Islam, sebagian besar mengalami kemandegan (stagnation) sampai abad ke-14 yaitu munculnya Ibn Khaldun.
Hal ini dikarenakan sejak pada masa Nabi Muhammad Saw. sampai pada masa dinasti Umayyah ilmu pengetahuan belum berkembang pesat, dan masih terpusat pada usaha pemenuhan kebutuhan untuk memahami prinsip-prinsip ajaran Islam sebagai pedoman hidup yang waktu itu secara langsung telah dijawab dan diselesaikan oleh Nabi. Sedangkan pada masa Khulafa al-Rasyidin dan dinasti Umayyah lebih banyak disibukkan dengan pemecahan masalah politik dan perluasan wilayah Islam, dan belum sempat menggali dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Sehingga bisa dibilang pada masa-masa itu patron ilmu pengetahuan belum dimiliki oleh umat Islam. Baru setelah zaman Abbasiyah ilmu pengetahuan dalam berbagai disiplin berkembang.
Awal perkembangannya dimulai dari perkenalannya dengan budaya helenisme, kemudian penerjemahan karya-karya klasik, ilmu pengetahuan dan filsafat Yunani, Syria, Sinkrit, dan bahasa Pahlevi ke dalam bahasa Arab yang berlangsung dari tahun 750-900 M, sejak masa Al-Mansyur (754-775 M), Harun Ar-Rasyid (786-809 M), dan sampai puncaknya pada masa Al-Makmun (813-833 M). Abad-abad ini merupakan abad penerjemahan yang meletakkan tonggak abad aukflarung Islam kawasan Timur, dan bertahan hingga melampaui abad kesepuluh dan kesebelas (Mehdi Nakosteen, 1996: 208). Walaupun setelah itu, ada gejala penurunan, akan tetapi sampai abad ketiga belas perkembangan ilmu pengetahuan masih  ada dan baru benar-benar mengalami  stagnasi setelah penghancuran total oleh Hulagu Khan (1258 M) yang juga diikuti oleh jatuhnya orang-orang Muwahid di Spanyol (1268 M). Kalau kita cermati dimasa kemunduran itu sesungguhnya masih muncul ilmuan muslim yaitu Ibn Khaldun (1332-1406 M) sebagai ahli teori sejarah. Sejak inilah stagnation betul-betul terjadi dan ditandai lagi dengan jatuhnya dunia Islam ke tangan Kolonial Eropa, yang mengakibatkan ilmu Islam terbatas pada ilmu agama dan muncullah sekuler.
Baru pada abad ke-19 atau abad kebangkitan Islam mulai ada respons terhadap ilmu-ilmu pengetahuan modern dan termasuk filsafat walaupun ada sikap-sikap yang antagonistik dan akomodatif. Dengan munculnya pelopor modernisasi di dunia Islam yaitu Sayyid Khan (1817-1898 M), orang India yang pertama meyakini perlunya penafsiran baru terhadap Islam, yaitu penafsiran bebas modern dan maju (Busthami M. Said, 1992: 119). Bahkan menimbulkan gejala yang sering ditunjukkan oleh pengamat Barat baik secara netral, tidak senang maupun rasa takut, akan gejala kebangkitan Islam. Naluri manusia untuk selalu ingin tahu itulah yang menjadikan pangkal tolak perkembangan ilmu pengetahuan (Ismail Raji al-Faruqi, 1984: 35). Pemikiran kependidikan Islam mulai muncul, kendatipun masih dalam bentuk “embrionik”, dan berkembang hingga dewasa ini.
Buku berjudul Jejak Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam. Dengan segala kekurangan dan keterbatasannya, studi dan penelitian buku ini dilakukan dengan tujuan mengelaborasi dan menjelaskan mengenai konsep pendidikan yang dilontarkan para pemikir-pemikir pendidikan di kalangan umat Islam. Buku Jejak Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam, mengungkapkan pokok-pokok pemikiran pendidikan Islam sejak permulaannya, pada masa Nabi Muhammad Saw., sampai pada masa pembaruan pendidikan yang dilakukan setelah masa Nabi Muhammad Saw., yaitu masa Khulafa al-Rasyidin, Bani Umayyah, Bani Abbasiyah, dan seterusnya, juga hasil para pemikir pendidikan Islam terkemuka seperti Al-Ghazali, Ibn Khaldun, dan lain-lain. Ditambah lagi, hasil pemikiran para tokoh dari tanah air yang tidak sedikit juga  ikut andil memberikan kontribusinya dalam bidang pendidikan, seperti KH. Ahmad Dahlan, KH. Hasyim Asy‘ari, Basiuni Imran (Tokoh dari Sambas, Kalimantan Barat), dan lain-lain.
Penelusuran kembali pemikiran pendidikan di kalangan umat Islam memang amat diperlukan. Karena hal ini setidaknya mengingatkan kembali khazanah intelektual yang pernah dimiliki oleh umat Islam di masa lalu. Kesadaran historis ini pada gilirannya akan memelihara kesinambungan atau kontinuitas keilmuan khususnya dalam kajian tentang pendidikan Islam. Pemikiran-pemikiran kependidikan dalam Islam dan pemikiran para tokoh dalam bidang pendidikan ini juga bisa dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan atas kebijakan sesuai dengan kondisi zaman saat ini, sehingga hasil atau pokok-pokok pikiran para ahli ini patut dikaji kembali dalam rangka membenahi sistem pendidikan Islam, terutama di negeri Indonesia tercinta ini.

 
 

0 komentar:

Posting Komentar

 
Islam Crescent Moon