Rabu, 18 Mei 2016

Keutamaan Istighfar




Keutamaan Istighfar dalam Kehidupan Sehari-Hari



Istighfar (إستغفار, Istiġfār) atau Astaghfirullah (أستغفر اللهʾastaġfiru l-lāh) adalah tindakan meminta maaf atau memohon keampunan kepada Allah yang dilakukan oleh umat Islam. Hal ini merupakan perbuatan yang dianjurkan dan penting di dalam ajaran Islam. Tindakan ini secara harfiah dilakukan dengan mengulang-ulang perkataan dalam bahasa Arab astaghfirullah, yang berarti "Saya memohon ampunan kepada Allah".
Seorang Muslim menyebut perkataan ini beberapa kali, bukan saja ketika meminta ampun dari Allah sebagai doa, malah juga ketika dia sedang berbicara dengan orang lain. Apabila seorang Muslim hendak mencegah dari melakukan perbuatan yang salah, atau saat ia mau membuktikan bahwa dia tidak bersalah pada satu peristiwa dia menggunakan pernyataan ini. Setelah salat, seorang Muslim dianjurkan melafalkan perkataan ini sebanyak tiga kali.
Istighfar dalam filosofi Islam bermakna seseorang yang selalu memohon ampunan atas kesalahan dan terus berusaha untuk menaati perintah Tuhan dan tidak melanggarnya. Dalam Islam, makna Istighfar tidak terletak pada pengucapannya, namun pada seberapa dalam seseorang yang beristighfar memaknai dan menghayati apa yang ia ucapkan, dalam konteks yang lebih jauh lagi, agar ia terus mengingat Tuhan di saat ia tergoda untuk melakukan perbuatan dosa, dan apabila telah melakukan dosa, maka istighfar adalah titik baginya untuk bertekad tidak mengulangi perbuatannya.




Kisah Imam Ahmad Bin Hambal rahimahullah



Di zaman Imam Ahmad Bin Hambal rahimahullah, beliau pernah dalam sebuah safar, lalu beliau melewati sebuah masjid. Kemudian beliau sholat didalamnya, sementara beliau tidak mengenal seorangpun di daerah tersebut. Kemudian tibalah waktu tidur, Imam Ahmad menggelar tikar di tempatnya di dalam masjid untuk tidur diatasnya. Selang beberapa waktu, tiba-tiba penjaga masjid meminta Imam Ahmad untuk tidak tidur di dalam masjid, dan meminta beliau untuk keluar dari masjid. Kala itu penjaga masjid tidak mengenal Imam Ahmad Bin Hambal rahimahullah.
Imam Ahmad berkata,” Aku tidak tahu dimana aku bisa tidur didaerah ini, oleh karena itu aku ingin tidur di sini.” Tapi penjaga masjid menolak beliau untuk tidur di masjid. Setelah terjadi perdebatan, penjaga masjid berdiri menyeret Imam Ahmad keluar masjid. Sementara Imam Ahmad dalam keadaan terheran-heran dengan sikap dan perlakuan penjaga masjid tersebut. hingga akhirnya beliau sampai di luar masjid. Saat keduanya telah sampai di luar masjid, Tiba-tiba ada seseorang yang melewati keduanya, sementara penjaga masjid masih menyeret Imam Ahmad.
Dia pun bertanya, “Ada apa denganmu ?” Imam Ahmad menjawab, “Aku tidak menemukan tempat di daerah ini untuk bermalam sedangkan penjaga masjid ini menolakku untuk tidur di dalam masjid.”
Laki-laki itu pun menjawab,”Mari kerumahku, tidurlah di sana,” pergilah Imam Ahmad bersama dengan lelaki tersebut. Di sanalah Imam Ahmad terkejut dengan banyaknya laki-laki itu membaca tasbih. Dia adalah seorang pembuat roti. Dia persiapkan adonan roti dan ditengah-tengah pekerjaannya, dia banyak beristighfar dan bertasbih. Maka Imam Ahmad merasakan bahwa perkara orang ini adalah sebuah perkara yang besar, karena banyaknya dia beristighfar dan bertasbih.
Imam Ahmad pun tidur. Di pagi hari Imam Ahmad bertanya kepada pembuat roti tersebut,”Apakah engkau mendapatkan pengaruh tasbih terhadapmu?”
pembuat roti itu menjawab,” Ya demi Allah. Sesungguhnya setiap kali aku berdoa kepada Allah, maka dikabulkan doaku itu untukku, kecuali sebuah doa yang belum dikabulkan oleh allah hingga sekarang.
Lalu Imam Ahmad Bin Hambal rahimahullah bertanya,”Doa apa itu?”
Pembuat roti itu menjawab,”Aku berdoa agar bisa melihat Imam Ahmad Bin Hambal.”
Dengan terkesima, Imam Ahmad menjawab,”Akulah Imam Ahmad Bin Hanbal, demi Allah, sesungguhnya aku telah diseret untuk menuju kepadamu. ”

Di akhir kisah ini, tidak ada yang perlu kita ucapkan selain subhanallahi wabihamdihi, subhanallahil ‘azhim. astaghfirullahal ‘azhim.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Islam Crescent Moon